Jumat, 20 Maret 2009

Teater Lingkungan


(Richard Schechner, Environmental Theater, New York, London: Applause, 1994)

Mengedepankan peran dan fungsi penonton membaca pertunjukan teatrikal, berarti pembaca memaknai kembali pertunjukan tersebut sebelum, selama, dan sesudah proses produksi berlangsung. Menurut Eugènio Barba, produksi teatrikal terdiri atas empat aksi.1 Aksi pertama adalah aksi yang tidak hanya berupa apa yang dilakukan atau yang dikatakan oleh aktor, tetapi juga berupa bunyi, gerak, penggunaan kostum dan rias aktor, dan penataan cahaya, serta penempatan skeneri panggung. Aksi kedua adalah aksi yang muncul berkat hadirnya perubahan alur antaradegan, munculnya situasi-situasi yang tidak terduga, lompatan jarak waktu antaradegan, dan terjadinya antarperubahan dalam ruang-ruang panggung. Aksi ketiga adalah gerakan properti yang digunakan aktor dalam pertunjukan. Penggunaan properti aktor dengan berbagai cara akting mampu menghasilkan suasana pertunjukan yang berbeda. Aksi keempat adalah keterkaitan antara perhatian, pemahaman, dan emosi antaranggota penonton. Keempat aksi tersebut berfungsi ketika mereka saling terajut membentuk jaringan. Jaringan aksi tersebut dalam istilah dramaturgi disebut dengan ’tekstur’.

Pendapat Eugenio Barba yang mengatakan bahwa teater adalah suatu tekstur (jaringan) dikembangkan oleh Richard Schechner dengan menyatakan bahwa tekstur teater dirajut dari teks lingkungannya. Artinya, bahwa teater berasal dari jaringan lingkungan. Lingkungan berarti pelibatan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, gagasan seniman, tanggapan penonton, perbincangan, dokumentasi, kritik, dan publikasi surat kabar. Sebagai tekstur, teater membentuk jaringan dari peristiwa tersebut dan dikomunikasikan kepada penonton. Penonton diharapkan berpartisipasi dengan memberi tanggapan terhadap pertunjukan teater. Tanggapan tersebut juga merupakan bagian dari tekstur. Schechner menyebut teater semacam ini sebagai ’teater lingkungan’.2

Partisipasi penonton terhadap pemaknaan pertunjukan teater lingkungan menghadirkan teater sebagai representasi peristiwa sosial. Teater membuat jaringan teks, baik yang berbentuk horisontal (dengan peristiwa seni, seperti tari dan musik) maupun vertikal (dengan peristiwa nonseni, seperti sosial, politik, dan budaya).3 Teater lingkungan Schechner adalah jenis teater yang melibatkan aktivitas manusia sebagai suatu jaringan yang menyatukan seluruh peristiwa, baik horisontal maupun vertikal. Seniman terlibat dengan masalah sosial yang secara integral terkait pula dengan karyanya. Dalam pandangan ini, seniman akan menerjemahkan keinginannya ke dalam tindak pembacaan sosial yang dihadirkan melalui pertunjukan teater.4

Schechner menyatakan bahwa teater lingkungan muncul melalui enam aksioma atau asumsi.5 Aksioma pertama, bahwa teater merupakan serangkaian transaksi yang saling berkaitan. Misalnya, pertunjukan menghadirkan banyak penonton, baik yang pro maupun yang kontra. Penonton terdiri dari beragam kalangan, seperti seniman, budayawan, intelektual, mahasiswa, dan penonton umum lainnya.

Aksioma kedua, bahwa seluruh tempat yang ada menjadi ”ruang” yang digunakan untuk pertunjukan. Misalnya, penduduk sekitar terlibat aktif dalam pelatihan.

Aksioma ketiga, bahwa peristiwa teater berlangsung baik dalam ruang yang secara total telah diubah formatnya, maupun dalam ruang yang ditemukan secara spontan. Misalnya, latihan tidak harus dilakukan di sanggar atau studio tetapi ruang lain yang mampu lebih merangsang kreativitas seniman.

Aksioma keempat, bahwa pusat perhatian penonton terjadi secara fleksibel dan variatif. Misalnya, seniman dan kelompoknya tidak dapat dilepaskan satu dengan yang lain. Popularitas STB hadir karena pemikiran dan tindakan Suyatna Anirun yang menarik perhatian masyarakat.

Aksioma kelima, seluruh elemen pertunjukan ”berbicara” dengan cara mereka masing-masing. Elemen-elemen muncul saling bertentangan, misalnya elemen musik dengan elemen aktor, elemen aktor dengan elemen naskah, elemen aktor dengan elemen kostum.

Aksioma keenam, bahwa naskah drama tidak menjadi dasar bagi pertunjukan teater, bahkan mungkin pertunjukan teater tidak memerlukan naskah sama sekali.

Dengan teori jaringan lingkungan semacam itu, Schechner menyatakan bahwa kehadiran sebuah pertunjukan teater tidak lagi mendasarkan pada keberadaan naskah drama. Peristiwa yang terjadi di masyarakat dapat juga digunakan untuk menandai terbentuknya pertunjukan teater.

Tidak ada komentar:

PEREMPUAN MENCARI PENGARANG

PEREMPUAN MENCARI PENGARANG