Jumat, 20 Maret 2009

Dramaturgi


Di masa kini, perlu kiranya membaca ulang tentang pemanfaatan pendekatan dramaturgi bagi pertunjukan teater. Bidang ilmu nonestetik, seperti sosiologi, semiologi, Antropologi, Sejarah, dan sebagainya telah membantu peneliti membaca makna pertunjukan teater, baik pemanfaatannya bagi ritual, estetis, maupun masyarakat. Perkembangan kategori pertunjukan teater dan juga perkembangan elemen artistik pertunjukan, membutuhkan pendekatan yang kiranya lebih tertuju pada penciptaan elemen-elemen pertunjukan teater. Dramaturgi yang berarti drama-ergon, adalah ilmu tentang drama, tentang tokoh yang membangun aksi-aksi bersebab-akibat, suatu kerja yang menampilkan aksi dan plot. Eric Bentley menyebutnya dengan A membuat B untuk C. Pertunjukan teater memberi kemungkinan pada seniman untuk berkomunikasi dengan penonton dalam ruang dan waktu yang berbeda-beda.

Dramaturgi sebagai pendekatan perlu kiranya dikembangkan fungsinya untuk membaca pertunjukan. Sebagai ilmu tentang drama, dramaturgi menyediakan ”ruang” untuk ditafsir kembali demi fungsi dan perannya di masa kini. Dramaturgi menjadi ilmu tentang teks. Perbedaan antara dramaturgi sebagai ilmu tentang drama dan tentang teks tampak melalui pernyataan Aristoteles dan Eugènio Barba. Aristoteles membedakan dua wilayah kajian drama, yaitu drama sebagai naskah tertulis dan drama yang ditampilkan di atas panggung. Dramaturgi naskah menjadikan keberadaan naskah berbeda dengan pertunjukan, yang pertama merupakan isi kandungan dari yang kedua. Naskah pertama disebut naskah drama/lakon, sedangkan tampilannya disebut teater. Drama tertulis ditransformasikan ke dalam pertunjukan teater. Menurut Eugènio Barba, dramaturgi adalah kajian teater yang digunakan untuk membicarakan teater sebagai pertunjukan daripada teater sebagai ”kelanjutan” naskah drama. Barba menyebut teater sebagai teks. Kata teks berasal dari kata tekstur yang berarti ‘rajutan bersama’. Dramaturgi dalam hal ini adalah ilmu tentang teks, dramaturgi tekstual. Dalam pengertian ini, tidak ada pertunjukan yang hadir tanpa rajutan bersama, tanpa teks. Konkretnya, pertunjukan teater adalah aksi teatrikal yang terkait dengan dramaturgi.

Richard Schechner membuat teori pertunjukan yang membedakan antara drama, transkrip, teater, dan pertunjukan. Drama adalah wilayah penulis, komposer, skenaris, saman; transkrip adalah wilayah guru, empu; teater adalah wilayah penampil; pertunjukan adalah wilayah penonton. Di beberapa situasi, penulis adalah juga empu sekaligus penampil; di berbagai situasi penampil juga penonton. Batasan antara pertunjukan dan keseharian saling bertukar tempat, sangat beragam dari budaya satu ke budaya lain dan dari satu situasi ke situasi berikutnya. Adanya perbedaan budaya menandai terjadinya perbedaan batasan. Misalnya, persiapan dimulai kapan saja dari beberapa menit sebelum pertunjukan (tindakan improvisasi teater daerah), hingga beberapa tahun sebelum pertunjukan. Teater berada di posisi di antara luasnya wilayah pertunjukan, dan pusat teater terdapat skrip/naskah, terkadang drama. Drama dapat dianggap sebagai suatu jenis pertunjukan khusus. Maka model lain dapat digenerasikan dari lingkaran tersebut dan pasangan lain dibuat secara berseberangan. 1

Drama: Lingkaran terkecil, paling intensif. Teks tertulis, skenario, instruksi, rancangan, atau peta. Transkrip dapat di bawa dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu waktu ke waktu lain oleh seseorang atau masyarakat yang memilikinya. Orang-orang ini mungkin hanya semacam ”pembawa pesan”, bahkan mereka tidak dapat membaca drama tersebut, juga tidak dapat memahami atau memainkannya.

Transkrip: Segala hal yang dapat ditransmisikan dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat lain; aturan dasar peristiwa pertunjukan. Transkrip ditansmisikan dari satu orang ke orang lain, dan mereka yang mentransmisikan tidak sekedar membawa pesan. Si pembawa pesan harus mengenali transkrip dan mampu mengajarkannya pada orang lain. Pengajaran harus direncanakan atau melalui empatetik dengan cara-cara yang empatik.

Teater: Peristiwa yang digelar oleh sekelompok pemain tertentu; apa yang biasanya dilakukan oleh pemain selama produksi. Teater tampil secara konkret dan langsung. Biasanya, teater merupakan manifestasi atau representasi dari drama dan/transkrip.

Pertunjukan: Lingkaran paling luar, lingkaran yang paling sulit didefinisikan. Seluruh konstelasi peristiwa, sebagian besar di antaranya muncul tidak terduga, baik di antara pemain maupun penonton dari saat pertama penonton masuk wilayah pertunjukan – tempat di mana teater tampil – hingga saat meninggalkan pertunjukan.

Semakin besar ukuran lingkaran, semakin banyak ruang dan waktu di dalamnya, dan semakin luas ”area ide” yang ditangani. Biasanya, lingkaran yang paling besar mengandung di dalamnya lingkaran-lingkaran yang lebih kecil. Lingkaran Schechner dapat dibandingkan atau dibaca kembali dengan pemahaman teks-konteks yang menjadi inti gagasan Barba. Bahwa pertunjukan teater adalah suatu peristiwa yang berbagai teks dan konteks. Kehadiran sebuah teks karena ada konteks yang menyertainya.

Teater

Kata ’teater’ berasal dari kata theatron, kata Yunani yang berarti seeing place, tempat tontonan. Theatron digunakan untuk menggambarkan bangku-bangku yang berputar setengah lingkaran dan mendaki ke arah lereng bukit yang berfungsi sebagai tempat duduk penonton ketika drama Yunani Klasik berlangsung. Teater juga berarti seni drama; sandiwara; pertunjukan drama yang diperlakukan sebagai suatu karya seni atau profesi. Istilah ’seni teater’ digunakan untuk menyebut beragam ketrampilan seni yang terlibat di dalam seni pertunjukan teater. Keterlibatan seni di dalamnya rumit dan menantang, serta memiliki silang sengkarut bahkan kerancuan cukup tinggi ketika keterlibatan tersebut dipertunjukkan. Makna penting kata ‘teater’ adalah pengelolaan pertunjukan dramatik melalui tampilan spektakel. Makna tersebut diberlakukan pada pertunjukan dramatik itu sendiri, dan juga pada naskah tertulis. Pertunjukan dramatik hadir dalam wujud drama, sastra drama, teater modern, kerja kolektif dramatik, produksi teatrikal. Kata theatric,—yang berarti seni memproduksi efek-efek yang sesuai untuk tampilan teatrikal—termasuk sebagai pertunjukan dramatik, tetapi kata teatrik jarang digunakan. Teater juga sering digunakan untuk menyebut nama bagi seluruh wilayah presentasi teatrikal dengan beragam seni yang terlibat.

Saat ini istilah ’teater’ masih tetap digunakan sebagai tempat atau gedung pertunjukan, dan juga dapat digunakan untuk berbicara tentang sebuah karya seni, serta dapat menunjukkan sebuah kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung dalam masyarakat. Maka dari itu, dengan menggunakan kata ”teater”, mampu diketahui seluruh warisan budaya sastra dan drama, atau bahkan hanya beberapa wujud pertunjukan, seperti mimik, pantomimik, opera, monolog, wayang kulit, dan wayang orang. Bahkan secara tersirat, teater dan elemen-elemen pertunjukannya digunakan dalam lingkup wilayah politik dan operasi militer, misalnya istilah ’aktor otak kerusuhan, ’drama pembajakan’, panggung politik’, ’negara teater’, dan sebagainya. Teater, dengan demikian, adalah perwujudan beragam kerja artistik, dengan aktor menghidupkan peristiwa dan tokoh, tidak direkam tetapi langsung. Terdapat tiga ide dasar untuk memaknai teater, yaitu pertama, gedung teater dengan perlengkapan fisiknya. Kedua, sebuah teks sastra yang ditulis untuk kepentingan pertunjukan di gedung teater, atau semacam gedung pertunjukan. Ketiga, presentasi teatrikal atau penciptaan dramatik yang berlangsung di atas panggung teater. Masing-masing ide menampilkan tipe media, proses, dan produk yang berbeda-beda.

Ide pertama melibatkan seni arsitektur. Gedung teater adalah produk arsitektur beserta ketrampilan di dalamnya, seperti penataan akustik dan penataan cahaya lampu. Wujud gedung tergantung pada fungsi pengesetan demi penampilan pertunjukan teatrikal. Penataan artistik dan konstruksi gedung teater menjadi bagian seni arsitektur dan seni yang terkait di dalamnya.

Ide kedua melibatkan cabang sastra drama tertulis dalam wujud prosa dan puisi. Drama harus dibedakan dengan teater. Drama merupakan rangkaian arahan bagi detil laku dan pemanggungan. Sebagai karya sastra, drama memiliki arti yang berbeda dengan teater, yaitu drama dibaca dan dianalisis dengan diam seperti cabang sastra lainnya. Media dan ketrampilan penulisan drama terkait dengan pengaturan kata-kata sebagai simbol tulisan.

Drama

Agar tidak membingungkan dengan istilah teater, drama sering disebut dengan ’drama sastra’, ’sastra dramatik’, ’teks dramatik’, ’skrip dramatik’, ’penulisan dramatik’,’naskah drama’, atau lakon. Dengan demikian, drama didefinisikan sebagai berikut.

Drama merupakan komposisi verbal yang diadaptasi atau diolah bagi kepentingan pertunjukan teatrikal; biasanya berbentuk kata-kata yang diucapkan, dan di dalamnya berisikan beberapa arahan bagi laku dan detil-detil pertunjukan; sebuah naskah drama; juga, merupakan komposisi seni penulisan. Tipe drama adalah tragedi, komedi, tragikomedi, drama keajaiban, drama moral, opera, banyolan, melodrama, drama film.2

Definisi drama juga terkadang digunakan secara luas, misalnya untuk menyebut tulisan atau rangkaian tulisan tanpa tambahan kalimat dramatik yang menjadi arahan bagi pertunjukan pantomimik, dan arahan tersebut cenderung dianggap sebagai bukan karya sastra.

Ide ketiga, mengacu pada penampilan atau pertunjukan. Meskipun sering ditampilkan di gedung pertunjukan (prosenium, lambur, atau arena), teater dapat dipertunjukkan di wilayah mana saja. Mahabharata Peter Brook ditampilkan di gedung bekas stasiun kereta api di Inggris. Karya-karya Shakespeare di mainkan di hadapan publik Sydney, Australia, di tengah kota tanpa panggung pertunjukan. Di dalam sebuah pertunjukan teater, berbagai aspek selain drama dapat ditampilkan, seperti konser, sastra, dakwah agama, dan sebagainya. Hubungan antara drama dan teater sangat erat dengan masing-masing saling mendukung. Pada saat kedekatan hubungan tersebut terpahami, kerancuan penyebutan istilah ’tontonan dramatik’, ’penampilan dramatik’, atau ’pertunjukan dramatik’ dapat dihindari sehingga istilah yang lebih luas dapat digunakan, yaitu drama dan seni dramatik. ’Pertunjukan teatrikal’ menjadi istilah yang tepat bagi suatu pertunjukan teater. Istilah ’teatrik’ tidak terlalu sering digunakan, tetapi istilah ’seni teatrikal’ biasa digunakan. Istilah seni teatrikal tersebut menunjuk bahwa terdapat beberapa ketrampilan seni yang berbeda terlibat di dalamnya. Definisi pertunjukan teatrikal sebagai berikut.

Seni teater atau penampilan teatrikal adalah kombinasi seni yang menghasilkan efek-efek yang sesuai bagi pertunjukan teatrikal atau penciptaan dramatik, terutama bagi drama ucapan di sebuah gedung teater. Pertunjukan teatrikal merupakan gabungan ketrampilan seni, seperti seni peran, penyutradaraan, desain panggung, pemanggungan, penataan kostum dan rias, penataan lampu, musik, tari, dan film. Permainan, opera, vaudeville, dan balet sering disebut sebagai pertunjukan teatrikal.3


Tidak ada komentar:

PEREMPUAN MENCARI PENGARANG

PEREMPUAN MENCARI PENGARANG